Friday 11 August 2017

Wisata Hutan Mangrove Pandansari, Brebes, Jawa Tengah ~»VLOG CAKRAMIHARD...





https://youtu.be/KitcXg7eyUs



Antusiasme dunia pariwisata yang semakin meningkat membuat
setiap daerah berlomba-lomba menggali potensi alam dan budaya setempat untuk
dijadikan daya tarik wisatawan, tak terkecuali Brebes. Sekitar awal tahun
2010-an, saya mengenal Brebes tidak memiliki pantai, kecuali Pantai Randusanga.
Daerah pesisir utara umumnya didominasi ladang garam dan tambak. Tapi siapa
sangka di Brebes kini ada tempat wisata bagus bertema ekowisata mangrove.


Ekowisata Pandansari ini mulai dilirik sekitar dua tahun
terakhir. Awalnya tempat wisata yang berlokasi di Dukuh Pandansari, Desa
Kaliwlingi, Kecamatan Brebes ini merupakan daerah tambak warga yang mengalami
abrasi sekitar 20 tahun lalu. Seiring berjalannya waktu, mulai ada inisiatif
dari kelompok masyarakat untuk melawan abrasi dengan cara menanam pohon
mangrove. Tahun 2012, saya sempat ke Desa Kaliwlingi, memang ada kabar kalau
nantinya akan dibuka ekowisata di pesisir kawasan tersebut.

Akses jalan menuju Pantai Pandansari belumlah bagus.
Terutama jika musim penghujan, banjir bisa memutus jalan sehingga tidak bisa
dilewati. Beruntungnya saya dan teman-teman waktu itu, meskipun susah payah
tapi mobil yang kami tumpangi masih bisa melewatinya. Kalau tidak berhati-hati,
jalanan tanah yang becek dan lengket bisa menyebabkan ban mobil terperosok.
Wisata Pandansari menawarkan beberapa pilihan objek seperti
pulau pasir dan trekking hutan mangrove dengan biaya yang terbilang cukup
murah. Awal Desember 2016, kami hanya membayar tiket masuk sebesar Rp15.000,00.
Harga ini sudah termasuk sewa kapal PP dari Dermaga Pandansari. Waktu
berkunjung pun tidak dibatasi selama tempat wisata masih dibuka.
Sesampainya di Dermaga Pandansari, kami menaiki perahu kecil
menuju hutan mangrove. Tampak ibu-ibu penjual yang membawa sayur kangkung
mentah, ikut menaiki perahu kami. Katanya sayur itu untuk dimasak di hutan
mangrove. Saat itu masih pagi, air laut sedang pasang sehingga perahu hanya
bisa berlayar menuju wisata trekking mangrove, tetapi kami tidak bisa ke Pulau
Pasir. Sebaliknya, jika air laut sedang surut, kami hanya bisa mengunjungi
Pulau Pasir. Biasanya air laut akan surut sekitar pukul 2 siang. Pulau Pasir
sebenarnya merupakan pasir yang timbul di tengah laut sehingga membentuk pulau
mini.

Perahu melaju di antara hutan bakau dan perairan yang luas.
Pemandangannya jangan ditanya deh, cantik sekali! Ditambah lagi sensasi
berperahunya. Pokoknya masih gak percaya kalau ini tuh di Brebes. Sejauh mata
memandang hanya perairan luas dihiasi ranting-ranting dan pohon bakau. Sesekali
kami berpapasan dengan perahu penumpang yang lain ataupun nelayan yang sedang
mencari ikan. Di sisi utara, tampak ombak Laut Jawa dari kejauhan. Di atas
rimbunnya hutan bakau, muncul dua gunung tertinggi di Jawa Barat dan Jawa
Tengah.

Di sisi barat daya tampak Gunung Ciremai berdiri kokoh yang
kerucutnya bak Gunung Fujiyama. Gunung Slamet tak kalah gagah memanjang di sisi
yang lain. Burung-burung pantai tak mau kalah berlalu-lalang membuat
pemandangan semakin eksotis. Ternyata tambak yang dulu terkena abrasi
berhektar-hektar itu kini bisa disulap menjadi ekowisata yang mempesona. Saya
membayangkan jika air jenih mungkin bisa dipakai berenang atau snorkeling.
Di dalam hutan
mangrove, sudah dibuat jalur trekking yang cukup nyaman untuk dilewati oleh
pengunjung. Suara burung-burung terdengar bersahut-sahutan di antara rimbunnya
bakau. Beberapa jenis ikan dan kepiting sesekali muncul dari dalam lumpur di
antara akar-akar bakau, membuat suasana semakin tenang dan asri.

Beberapa spanduk
bertuliskan ajakan untuk menjaga dan mencintai lingkungan disajikan dalam
bentuk kalimat dan desain yang cukup menarik. Di sepanjang jalur trekking sudah
disiapkan tempat sampah. Jadi, kalau ada yang masih membuang sampah
sembarangan, ini sungguh sangat keterlaluan. Di ujung jalur trekking sudah
disediakan tempat duduk untuk bersantai. Saat kami ke sana sedang dibangun
beberapa fasilitas lain untuk menikmati tempat wisata ini seperti jembatan dan
menara pandang.
Usaha pemda setempat didukung oleh warga untuk mengelola
kawasan wisata ini patut kita acungi jempol. Harapannya tempat ini digarap
dengan serius. Tidak hanya menjadi tempat wisata biasa saja, tetapi menjadi
wisata edukasi dan memberikan dampak signifikan untuk memperbaiki ekosistem dan
lingkungan pesisir, serta menambah pendapatan daerah tentunya.
Meskipun saya bukan warga Brebes, saya sangat menikmati dan
senang sekali akan adanya Ekowisata Pandansari ini. Semoga saja animo masyarakat
untuk berkunjung ke tempat ini berbanding lurus dengan kesadaran untuk
mencintai dan melestarikan lingkungan. Dan jangan lupa, buang sampah pada
tempatnya ya.....
Akhirnya perjalanan wisata ke Pantai Pandansari ini kami
tutup dengan menikmati kepiting bumbu saos. Hmmm maknyuuus!

No comments:

Post a Comment